Setelah jeda sebulan karena teman teman meminta berhenti
saat puasa, libur lebaran dan liburan pergantian tahun ajaran, maka di minggu
pertama bulan Agustus, kita mulai lagi saling berbagi dalam Bahasa dan aksara
Jawa kuna-nya.
Kali ini kita membahas dua buah prasasti. Satu prasasti dari Dieng yang terdiri dari beberapa baris dan sebuah prasasti dengan dua Bahasa…. Sanskrta dan Jawa kuna. Berhubung kita sedang belajara Bahasa Jawa kuna, maka bagian yang berbahasa Sanskrta kita sisihkan dahulu.
Pemilihan contoh huruf pada prasasti-prasasti ini didasarkan pada masih jelasnya huruf huruf yang tergores pada batunya, dan lebih utama lagi karena cetakan photo prasasti ini hitam putih dan sangat jelas untuk di perbanyak lewat photocopy……he he he.
Selain itu juga saya mencoba untuk berbagi mulai dari huruf yang digunakan pada masa mataram kuna untuk kemudian perlahan ke masa yang lebih muda sampai nanti di masa Majapahit.
Prasasti dari Dieng itu berisi empat baris tulisan, Intinya adalah penyebutan nama tempat sebuah sima dengan luasnya masing masing.
Contohnya
hana sīma i çrī maṅgala watag hiraŋnā sawaḥ lamwit hata hana
hana : ada
sīma : daerah perdikan
i çrī maṅgala : di sri manggala
watag hiraŋnā
sawaḥ : sawah
lamwit hata : ukuran luas tanah
hana : ada
sehingga kalimat "hana sīma i çrī maṅgala watag hiraŋnā sawaḥ lamwit hata hana" dapat diartikan
hana : ada
sīma : daerah perdikan
i çrī maṅgala : di sri manggala
watag hiraŋnā
sawaḥ : sawah
lamwit hata : ukuran luas tanah
hana : ada
sehingga kalimat "hana sīma i çrī maṅgala watag hiraŋnā sawaḥ lamwit hata hana" dapat diartikan
"terdapat (sebuah) sīma di sri manggala daerah
hirangna (berupa) sawah (seluas) lamwit hata. Terdapat "
Prasasti Pereng. berisi sepuluh baris berbahasa Jawa kuna dan dua belas baris berbahasa Sanskrta yang berada di awal dan akhir prasasti.
Inti prasasti adalah pemberian tanah sawah di Wukiran dan Tamwahurang dengan ukuran masing masing satu tampah oleh raja sebagai persembahan kepada sang hyang winaya
Inti prasasti adalah pemberian tanah sawah di Wukiran dan Tamwahurang dengan ukuran masing masing satu tampah oleh raja sebagai persembahan kepada sang hyang winaya
// Swaṣṭi çaka
warṣātīta 784 māgha māsa çuklapakṣa
Swaṣṭi :
selamat. Selain itu kata ini dalam kamus
juga berarti Bahagia, Makmur, Sejahtera, Sukses
çaka : çaka adalah nama tahun yang
berasal dari India yang mengikuti perputaran bulan mengelilingi bumi sebagai
dasar perhitungannya. Tahun saka terpaut 78 tahun dengan hitungan tahun Masehi,
sehingga secara mudah untuk mengetahui angka pada tahun Masehi tinggal
menjumlahkannya dengan 78, meskipun apabila terdapat rincian penanggalan yang
lebih detil harus diperhatikan pula bulan dan tanggalnya, karena awal tahun
Saka dimulai pada bulan Caitra yang dalam hitungan tahun Masehi jatuh antara
bulan Maret – April
warṣātīta terdiri dari kata warṣa dan atīta
warṣa ; tahun
atīta ; pergi, berlalu, selesai
784 di baca oleh Cohen Stuart dan Poerbatjaraka
sedangkan H.Kern membaca angka ini 785
Magha : adalah salah satu nama
bulan dalam perputaran tahun Saka
Māsa : bulan
çuklapakṣa : paro
terang
perhitungannya di mulai saat
bulan gelap sampai dengan bulan purnama
sehingga kalimat "Swaṣṭi çaka warṣātīta 784 māgha māsa çuklapakṣa" dapat diterjemahkan menjadi “Selamat(lah) tahun Saka (yang ) telah berlalu 784,
pada paro terang bulan Magha”
Tak terasa dua setengah jam sudah dihabiskan untuk membaca ke empat belas baris di dua prasasti itu dan kini saatnya untuk photo bersama.....
Pustaka :
A.B
Cohen Stuart 1875, Kawi Oorkonden in Facsimile, EJ Brill, Leiden.
Hendrik
Kern, 1917, Verspreide Geschriften Volume VI. Het Sanskrit op eenen steen
afkomstig (van Pereng), uit (de buurt van) Prambanan. (785 Çāka) hal 277 - 286
Himanshu
Bhusan Sarkar, 1972. Corpus the Inscriptions of Java II, Firma KL Mukhopadhyay,
Calcutta
J.G.
de Casparis, 1975. Indonesian Palaegraphy,a history of writing from the
beginnings to C A.D 1500. EJ Brill, Leiden.
Poerbatjaraka
1992, Agastya di Nusantara, Yayasan Obor, Jakarta
PJ
Zoetmoelder, 1995, Kamus Jawa Kuna – Indonesia, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Tres
Sekar Prinanjani, 2009, Prasasti Wukiran 784 S: Suatu Pembacaan Ulang,
Skripsi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Indonesia. Jakarta.